Haruskah CINTA kita di UJI ?
Bagaimana kita tahu bahwa cinta kepada ALLAH cukup dalam sedalam samudra sebagaimana sering kita ungkapkan bahwa cinta sejati hanyalah milik ALLAH, Cinta kita kepada ALLAH adalah dalam rangka untuk mengantarkan kita ke arah perbaikan pribadi, berdampingan dengan TUHAN, menuju kepada kesetiaan yang sempurna dengan menjalankan segala perintah-NYA dan menjauhi segala larangan-NYA ? Bagaimana kita dapat begitu yakin bahwa cinta kita ini cukup matang untuk diberikan kepada ALLAH sedangkan hari-hari kita selalu mlanggar janji kita kepada-NYA ? maka, cinta kita memang harus di uji ? untuk apa ? untuk mengetahui SEJATI tidaknya cinta kita kepada-NYA. Cinta sejati ingin merasakan mesranya selalu bersama - NYA, kemudian memberikan yang terbaik untuk agama-NYA. Cinta sejati yang selalu memikirkan ummat sebagaimana RAsulullah SAW, bukan memikirkan diri sendiri dan golongan sendiri. Jika Kamu mendapatkan sesuatu nikmat dari - NYA, apa saja, pernahkah kamu berpikir bahwa kamu ingin membagi nikmat itu bersama hamba-hamba-NYA yang tiada berpunya ? Jika kamu merencanakan sesuatu, adakah kamu hanya berpikir tentang apa yang ingin kamu lakukan, ataukah apa yang akan menyenangkan pihak lain? Sebagaimana Herman Oeser, seorang penulis Jerman pernah mengatakan, "Mereka yang ingin bahagia sendiri,janganlah kawin. Karena yang penting dalam perkawinan ialah membuat pihak yang lain bahagia. - mereka yang ingin dimengerti pihak yang lain, janganlah kawin. Karena yang penting di sini ialah mengerti pasangannya." Maka ujian terhadap cinta yang selalu kita dengungkan itu harus ada, cinta kepada siapapun terlebih kepada-NYA,Pertanyaan pertama yang perlu kita renungkan agar kita dapat merasakan manisnya cinta kita tersebut adalah : "Apakah kita bisa sama-sama merasakan sesuatu? Apakah aku ingin menjadi bahagia atau membuat saudara kita yang lain bahagia?"
Ujian terhadap cinta adalah ujian keteguhannya. Di dalam Postingan Myquran kita begitu banyak menemukan saudara-saudara kita yang risau dengan cintanya, cinta telah membuat mereka berat.Padahal Cinta akan memenuhi hati kita dengan perasaan gembira dan suka cita serta membuat kita kreatif, dan ingin menghasilkan lebih banyak lagi.Pertanyaan kedua yang perlu di renungkan : " Apakah cinta kita memberi kekuatan baru dan memenuhi kita dengan tenaga kreatif, ataukah cinta kita justru menghilangkan kekuatan dan tenaga kita, Cinta membuat kita risau, pusing, stress?"
Untuk menguji cinta selanjutnya kita perlu menghargai CINTA itu sendiri. Cinta sejati berarti juga menjunjung tinggi orang yang lain. Seorang gadis mungkin mengagumi seorang jejaka, ketika ia melihatnya bermain bola dan mencetak banyak gol. Tapi jika ia bertanya pada diri sendiri, "apakah aku mengingini dia sebagai ayah dari anak-anakku?", jawabnya sering sekali menjadi negatif. Seorang pemuda mungkin mengagumi seorang gadis, yang dilihatnya sedang berdansa. Tapi sewaktu ia bertanya pada diri sendiri, "apakah aku mengingini dia sebagai ibu dari anak-anakku?", gadis tadi mungkin akan berubah dalam pandangannya. Pertanyaan yang untuk kita renungkan kembali adalah : "Apakah kita benar-benar sudah punya penghargaan yang tinggi satu kepada yang lainnya? Apa aku bangga atas pasanganku?"
Kemudian Pertengkaran adalah bentuk ujian terhadap cinta. Bilamana sepasang Ikhwan dan AKhwat selesai berta'aruf kemudian berkomitmen untuk menikah,Satu pertanyaan yang perlu kita lontarkan untuk mereka adalah " Apakah mereka akan hidup tanpa ada pertengkaran,tanpa perbedaan pendapat yang kecil, betapa tawarnya cinta tanpa pertengkaran sebagai bumbu cinta, setelah itu saling memaafkan dan mengalah.Tanyakanlah wahai Para Pecinta : " Apakah cinta kita telah melewati musim panas dan musim dingin ? Sudah cukup lamakah kita saling mengenal ?" Dan izinkan Penyair Musafir ini sebuah petuah " Bahwa Cinta bukanlah urusan Jasmaniah melainkan Ruhaniah, dan untuk merasakan kelezatannya kita harus menguji cinta kita tersebut, cinta kepada siapapun terlebih cinta kita kepada-NYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar